Yordania: Israel Ingin Kosongkan Gaza secara Sistematis

Doha – Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan, Israel berusaha mengusir penduduk Palestina keluar dari Jalur Gaza. Hal itu disampaikan ketika Israel terus menggempur wilayah Selatan Gaza yang merupakan tempat penduduk sipil mengungsi.

“Apa yang kita lihat di Gaza bukan hanya sekadar pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa dan penghancuran mata pencaharian mereka (oleh Israel), tapi juga upaya sistematis untuk mengosongkan Gaza dari penduduknya,” kata Safadi saat berbicara di Doha Forum, Ahad (10/12/2023), dikutip dari laman Al Arabiya.

Menurutnya, dunia belum memperlihatkan iktikad untuk mengkahiri perang di Gaza. “Kita belum melihat dunia mencapai titik yang seharusnya kita capai… tuntutan tegas untuk mengakhiri perang ini: perang yang termasuk dalam definisi hukum genosida,” ujarnya.

Safadi berpendapat bahwa tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas tidak sesuai dengan besarnya kehancuran yang terjadi di kalangan warga sipil Gaza. Dia menilai agresi Israel ke Gaza benar-benar tak pandang bulu.

Sebelum Safadi, Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini telah terlebih dulu menuduh Israel berusaha mengusir penduduk Palestina di Jalur Gaza ke Mesir. Dalam sebuah opini di Los Angeles Times yang diterbitkan Sabtu (9/12/2023), Lazzarini mengingatkan bahwa saat ini penduduk Gaza sudah terkonsentrasi di wilayah selatan. Hal itu karena ketika pertempuran Israel-Hamas berkecamuk di utara, lebih dari 1 juga warga diperintahkan mengungsi ke selatan. Saat ini Israel mengintensifkan agresinya ke selatan Gaza.

“PBB dan beberapa negara anggota, termasuk AS, dengan tegas menolak pemindahan paksa warga Gaza keluar dari Jalur Gaza. Namun, perkembangan yang kita saksikan menunjukkan adanya upaya untuk memindahkan warga Palestina ke Mesir, terlepas dari apakah mereka tinggal di sana atau dimukimkan kembali di tempat lain,” kata Lazzarini.

Dia mengungkapkan, kehancuran yang meluas di wilayah utara dan gelombang pengungsian yang diakibatkannya adalah tahap pertama dari skenario seperti itu. Sementara memaksa warga sipil Gaza keluar dari kota Khan Younis dan mendesak mereka lebih dekat ke perbatasan Mesir adalah tahap berikutnya.

“Jika jalan ini terus berlanjut, yang mengarah pada apa yang oleh banyak orang disebut sebagai Nakba kedua, Gaza tidak akan lagi menjadi tanah bagi warga Palestina,” ujar Lazzarini, menggunakan istilah Arab untuk eksodus atau pemindahan paksa 760 ribu warga Palestina selama perang yang bertepatan dengan berdirinya Israel pada tahun 1948.

Pemerintah Israel segera membantah tuduhan Lazzarini. “Tidak, tidak pernah, dan tidak akan pernah ada rencana Israel untuk memindahkan penduduk Gaza ke Mesir. Ini tidak benar,” ujar seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Israel selaku lembaga yang bertanggung jawab atas urusan sipil Palestina.

Dari 2,4 juta penduduk Gaza, sekitar 1,9 juta di antaranya telah mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian di kota Rafah yang berbatasan dengan Mesir. Sejumlah kecil warga Gaza telah diizinkan menyeberang ke Mesir untuk mendapatkan perawatan medis. Sementara sebagian besar lainnya dilarang keluar.

Sejauh ini jumlah warga Gaza yang terbunuh serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 17.700 jiwa. Lebih dari 10 ribu di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka lebih dari 48 ribu orang. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, terdapat ribuan warga Gaza yang masih dinyatakan hilang. Red dari berbagai sumber

Reviews

0.0

User Score

0 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment