Diplomatnya Terbunuh, Prancis Marah pada Israel

Tel Aviv – Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Sabtu (16/12/2023), Kementerian Luar Negeri Prancis mengutuk serangan udara Israel di Gaza yang menyebabkan kematian salah satu staf diplomatiknya di Rafah.

Menurut seorang pejabat Kemenlu Prancis, serangan udara Israel pada hari Rabu (13/12/2023) menyebabkan sekitar sepuluh orang tewas, termasuk staf yang “meninggal akibat luka-lukanya.” 

“Prancis mengutuk pemboman terhadap bangunan tempat tinggal yang menyebabkan kematian banyak warga sipil lainnya,” bunyi dokumen tersebut. Paris juga mendesak pihak berwenang Israel untuk menjelaskan kejadian serangan itu sesegera mungkin.

Korban tewas yang belum disebutkan namanya itu sedang berlindung di rumah rekannya ketika gedung tersebut diserang.

Setelah kedatangannya dalam kunjungan resmi ke Israel pada hari Minggu (17/12/2023), Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna menyerukan dilaksanakannya gencatan senjata dengan “segera dan tahan lama”.

Berbicara dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen pada hari itu di Tel Aviv, Colonna juga menyesali kenyataan bahwa “terlalu banyak warga sipil yang terbunuh” di Gaza di tangan militer Israel.

Sebelumnya, pada hari Jumat (15/12/2023), Kementerian Luar Negeri Perancis mengeluarkan pernyataan bersama dengan Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Finlandia, Irlandia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia, Swiss, dan Inggris.

Pernyataan bersama itu bertujuan meningkatkan kewaspadaan atas peningkatan yang jumlah “serangan kekerasan yang dilakukan pemukim ekstremis terhadap warga Palestina di Tepi Barat.”

Dokumen tersebut menekankan sifat ilegal pemukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki, dan menambahkan bahwa unsur-unsur radikal telah “meneror komunitas Palestina” di sana. (Red – The Palestine Chronicle)

Reviews

0.0

User Score

0 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment