Faksi Perlawanan Islam di Irak Sasar Pangkalan AS
Washington – Pasukan AS telah menjadi sasaran setidaknya 97 kali di Irak dan Suriah sejak 17 Oktober, kata seorang pejabat pertahanan AS pada hari Kamis (14/12/2023).
Dari semua serangan tersebut, ada 45 serangan di Irak dan 52 serangan tambahan di Suriah, yang melibatkan kombinasi serangan drone satu arah, roket, dan rudal balistik jarak dekat, menurut pejabat tersebut.
Ia mengklaim bahwa mayoritas serangan tersebut “berhasil digagalkan oleh militer kami,” kata pejabat tersebut yang tidak mau disebutkan namanya itu kepada Al Arabiya.
“Sebagian besar gagal mencapai target mereka, berkat pertahanan kami yang kuat,” ujarnya
Pentagon menolak keterkaitan serangan-serangan itu dengan perang di Gaza, namun telah terjadi peningkatan serangan terhadap pasukan AS sejak perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober lalu.
Perwakilan kelompok perlawanan Irak pada Rabu malam (13/12/2023) waktu setempat memberi pernyataan yang berbeda.
“Menanggapi kejahatan yang dilakukan musuh terhadap rakyat di Gaza, Mujahidin Perlawanan Islam di Irak menargetkan dua basis pendudukan AS di Suriah, yaitu pangkalan Al-Tanf dan pangkalan pendudukan di kamp Rukban, dengan drone, yang langsung menyerang sasarannya,” ujarnya.
Koalisi faksi Perlawanan Islam di Irak dibentuk pada bulan Oktober untuk menghadapi pasukan AS dalam solidaritas dengan Palestina dan penolakan atas dukungan Washington terhadap serangan Israel di Gaza.
Serangan-serangan tersebut dilakukan hampir setiap hari dan dibalas dengan beberapa serangan udara AS ke Irak dan Suriah.
Sebelas serangan melanda pangkalan AS di Irak dan Suriah, serta Kedutaan Besar AS, pada hari Jumat (8/12/2023).
Seorang pejabat senior perlawanan, Abu Ali al-Askari dari kelompok Kataib Hizbullah Irak, memuji “awal dari fase konfrontasi baru” dalam sebuah pernyataan pada tanggal 9 Desember.
Ia bersumpah bahwa perlawanan akan terus berjuang sampai tentara AS “terakhir” diusir dari Irak. (Red – Al-Arabiya, The Cradle, IRNA)
