Hamas Peringati 36 Tahun Pendiriannya: ‘Banjir Menderu’

Gaza – Hamas menggunakan jargon ‘Banjir Menderu’, sebuah istilah yang sempat terkenal dari tokoh Hamas di masa lalu, dalam pidato perayaan hari jadi mereka yang disampaikan hari Rabu (13/12/2023).

Pada tanggal 14 Desember 2022, bertepatan dengan peringatan 35 tahun gerakan tersebut, pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, memberikan pidato yang mengancam Israel dengan “banjir” yang akan datang.

“Kami akan mendatangi Anda dalam banjir besar,” kata Sinwar dalam pidato yang disiarkan televisi di depan orang banyak di Gaza, sambil menambahkan:

“Kami akan mendatangi Anda dengan roket yang tak ada habisnya, kami akan mendatangi Anda dengan banjir pesawat tempur yang tak henti-hentinya, kami akan mendatangi Anda dengan jutaan rakyat kami, seperti gelombang pasang yang tak henti-hentinya.”

Sentimen yang sama disampaikan pada hari Rabu (13/12/2023) oleh Ismail Haniyeh, kepala Biro Politik Hamas, yang memberikan pidato pada hari ke-68 agresi militer Israel di Gaza.

“Sejak didirikan pada tanggal 14 Desember 1987 . . . gerakan Hamas telah menggunakan seluruh kemampuan dan sumber dayanya untuk mencapai tujuan nasional rakyat kami yaitu kebebasan, kemerdekaan, pengembalian, dan penentuan nasib sendiri,” kata Haniyeh dalam pidatonya.

Ia merujuk serangan Hamas ke Israel pada tanggal 7 Oktober sebagai “Pertempuran Banjir Aqsa” yang “memberikan pukulan telak terhadap pendudukan, mengguncang kepemimpinan militer, politik, ekonomi, dan keamanan, serta struktur sosialnya [Israel].”

Mewakili Hamas, Haniyeh menyampaikan apresiasi mereka akan masyarakat internasional yang mendukung Palestina, Sekretaris Jenderal PBB, dan Resolusi Majelis Umum PBB.

Secara khusus, dalam pidato itu disebutkan pujian untuk negara-negara anggota komite beranggotakan tujuh orang yang dibentuk oleh KTT Arab dan Islam, yang dipimpin oleh Kerajaan Arab Saudi, atas upaya politik dan diplomatik mereka untuk menghentikan agresi dan mendukung rakyat Palestina.

Hamas juga menyebutkan akan membalas dan terus berjuang untuk semua yang telah martir dan menjadi korban dalam perang kali ini, serta akan tetap setia [mendukung] keluarga yang ditinggalkan.

Haniyeh menekankan bahwa Hamas bersedia berdiskusi untuk menghentikan agresi militer Israel dan “membuka jalan bagi . . . bangsa Palestina menjadi negara merdeka dengan Al-Quds sebagai ibu kotanya.”

Namun, “Pengaturan di Gaza tanpa Hamas dan faksi-faksi perlawanan hanyalah ilusi dan khayalan belaka,” pungkasnya. (Red -The Palestine Chronicle)

Reviews

0.0

User Score

0 ratings
Rate This

Sharing

Leave your comment

1 Comment